Selasa, 29 Juni 2010

Pluralisme

Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kemunculan ide pluralisme didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan ‘klaim keberanan’ (truth claim) yang dianggap menjadi pemicu munculnya sikap ekstrem, radikal, perang atas nama agama, konflik horisontal, serta penindasan atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatasnamakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya yang paling benar.

Pluralisme sangat dekat dengan toleransi yang merupakan sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah Pluralisme beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Pluralisme akan menciptakan suatu interaksi beberapa kelompok-kelompok (terutama kelompok agama) yang menunjukkan rasa saling menghormati satu sama lain. Mereka hidup bersama dengan penuh kesadaran untuk saling menghormati atas dasar cinta kasih dan kemanusiaan sesuai dengan apa yang mejiwai setiap agama. Pluralisme adalah dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat dan perkembangan ekonomi. Disamping itu, Pluralisme juga sangat menghargai hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing. jadi Pluralisme tidak berarti mencampur adukan agama yang satu dengan yang lain. Ada hal-hal yang sama dari ajaran setiap agama namun juga ada yang menjadi pembatas yang jelas dari agama-agama tersebut.

Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan seperangkat hak yang menjamin derajatnya sebagai manusia. Hak-hak inilah yang kemudian disebut dengan hak asasi manusia, yaitu hak yang diperoleh sejak kelahirannya sebagai manusia yang merupakan karunia Sang Pencipta. Karena setiap manusia diciptakan kedudukannya sederajat dengan hak-hak yang sama, maka prinsip persamaan dan kesederajatan merupakan hal utama dalam interaksi sosial.

Pluralisme yang selalu menjadi diskusi agama-agama sangat erat kaitannya dengan sikap untuk saling menerima satu sama lain dan hidup berdampingan dengan agama-agama yang berbeda, serta dipergunakan dalam cara yang berlain-lainan pula sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah sumber satu-satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan dengan demikian di dalam agama-agama lain pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.

Pluralisme dalam Agama-agama

Seperti sungai-sungai mengalir lenyap kedalam samudra membuang nama dan bentuk, demikianlah yang mengetahui, bebas dari nama dan bentuk,memperoleh pribadi yang suci, lebih tinggi dri yang tinggi (Mundaka III.2.8)

Mahatma Gandhi pernah berkata , “Saya tidak mau rumah saya bertembok di sekelilingnya dan jendelanya ditutup rapat. Saya ingin kebudayaan dari semua bagian negara ini akan dapat dinikmati sebebas mungkin. Tetapi saya menolak jika kebudayaan saya ini dianggap rendah. Saya ingin agar para pemuda dan para wanita dengan penguasaan kesusastraan untuk belajar bahasa Inggris dan bahasa dunia lainnya seperti yang mereka suka seperti Bose, seorang Roy atau penyair lainnya. Tetapi saya tidak mau satu orang India ( Hindu ) pun melupakan budaya ini, mengabaikan atau merasa malu dengan bahasa ibu mereka sendiri, atau merasa bahwa ia tidak bisa berpikir atau mengungkapkan pemikirannya yang terbaik dengan bahasanya sendiri. Agama saya bukanlah agama penjara”. Lebih jauh tentang kerukunan umat beragama, Gandhi menyatakan: “Prinsip keyakinan di dunia berdasarkan wahyu Kebenaran; tetapi sebagaimana adanya dirumuskan oleh manusia yang tidak sempurna. Wahyu yang murni itu dicemari oleh ketidaksempurnaan dan ketidakbenaran. Seseorang harus menunjukkan sikap hormat kepada keyakinan orang lain sebagaimana dengan keyakinannya sendiri. Sikap salng menghomati hendaknya dijadikan hukum hidup,dengan demikian konflik antara keyakinan yang berbeda akan lenyap. Demikian juga tidak ada yang mengkonversi dari keyakinan orang ke dalam keyakinannya. Orang akan dapat sembahyang secara benar jika kecacatan dari agama-agama yang ada teratasi, dan ini merupakan bentuk yang tertinggi, perlahan-lahan menuju kesempurnnaan”.

Orang Hindu Meyakini Bahwa Bhagavadgita yang merupakan wacana Tuhan Yang Maha Esa, yang diwedarkan melalui sabda Sri Krishna, avatara-Nya menguraikan ajaran moralitas yang agung, ajaran kemanusiaan, toleransi dan kerukunan umat beragama yang sejati. Swami Vivekananda sejak tahun 1983 telah memperkenalkan ajaran moralitas, harkat dan martabat manusia, toleransi dan kerukunan umat beragama sebagai ekspresi dari ajaran Vedanta. Dalam perkembangan berikutnya, Mahatma Gandhi sampai akhir hidupnya mengajarkan ajaran suci Tuhan Yang Maha Esa, moralitas, Toleransi dan kerukunan hidup beragama. Dari uraian tersebut diatas sangat jelas agama hindu sangat Toleran terhada keyakinan bahkan Hindu dapat diterima oleh segala lapisan masyarakat manapun tanpa merusak budaya local.


AGAMA DAN CINTA KASIH

Dijaman yang sudah serba modern ini, insiden ancaman yang kerap berujung kekerasan tampaknya masih berlanjut di negari Pancasila ini. Kejadian semacam ini sama sekali tidak baru; khususnya sejak masa pasca-soeharto. dari waktu ke waktu, kita menyaksikan berbagai bentuk ancaman dan kekerasan atas nama agama. Mulai dari kasus Bom Bali, Bom Hotel JW Marriot, Bom Kuningan, Penyerbuan Pura Sangkareang di Kecamatan Narmada-Lombok Barat, penyerbuan Kampus Al-Mubarok, Ahmadiyah di Parung, Penutupan Rumah Ibadah Kristiani di Bandung Jawa Barat, tragedy kekerasan di Monumen Nasional Jakarta hingga yang terbaru adalah penghancuran Patung Tiga Mojang dibekasi, yang semuanya mengatasnamakan Agama. Secara tipikal, pelaku ancaman dan kekerasan menganggap mereka mengambil alih peran Tuhan untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

Tentu rangkaian kejadian ini sangat mengherankan bahwa Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan segala keistimewaan sehingga manusia dapat tampil beda dengan mahluk lain. Yang membedakan manusia dengan mahluk lain adalah, manusia diberikan kelebihan berupa akal buddhi sehingga manusia dapat hidup saling menyayangi dan mengasihi karena semua mahluk adalah ciptaan Tuhan (Vasudaiva kutumbhakam).

"There is only one religion, the religion of love, there is only one language, the language of the heart, there is only one caste, the caste of humanity, there is only one God, He is omnipresent" ungkapan tersebut bermakna bahwa semua agama memiliki semangat yang sama yaitu saling mengasihi dan menyadari bahwa kita tercipta dari Tuhan yang sama. Oleh karena itu semua mahluk hidup yang ada dimuka bumi merupakan perwujudan cinta kasih sehingga adalah sebuah kewajaran bahwa apapun yang kita lakukan haruslah didasarkan kepada cinta kasih.

Cinta kepada sesama merupakan perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam minimal ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu: Knowledge (pengenalan), Responsibilty (tanggung jawab), Care (perhatian), Respect (saling menghormati). Banyak manusia mengatasnamakan cinta kasih (agama) untuk menghalalkan setiap prilakunya. Rasa cinta kasih yang diberikan menunjukkan bahwasanya kita selalu ingin berempati dan ingin berkorban demi yang kita cintai dan kita hormati. Namun cinta kasih bisa menimbulkan kemelekatan yang membebani kita seperti misalnya Kecemburuan. Jika cinta kasih dalam sebuah agama menimbulkan beban dan melahirkan kecemburuan maka, akan berpotensi melahirkan kekerasan. Jika ini layak disebut cinta kasih maka, ini cinta kasih dengan kualias paling rendah. Jika agama terpisah dari cinta kasih maka, sangat membahayakan bagi peradaban kemanusiaan dimuka bumi ini. Dalai Lama berkata : “Kita bisa hidup tanpa agama, tapi kita tidak bisa bertahan lama tanpa cinta kasih”

Ajaran hindu penuh dengan ungkapan cinta kasih salah satunya adalah ahimsa (tidak menyakiti). Menurut Mahatma Gandhi, Ahimsa merupakan tindakan yang tidak memiliki keinginan untuk membunuh dan tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti hati, tidak membenci, tidak membuat marah, tidak mencari keuntungan diri sendiri dengan memperalat dan mengorbankan orang lain. Menurut Gandhi, ahimsa dan kebenaran ibarat saudara kembar yang sangat erat hubungannya. Namun, ia membedakannya dengan jelas bahwa ahimsa merupakan sarana mencapai kebenaran, sedangkan kebenaran sebagai tujuannya. Tindakan mengejar kebenaran dengan sarana ahimsa tanpa adanya kekerasan bukan melakukan kekerasan atas nama Kebenaran, Agama apalagi mengaku mewakili Tuhan. Mahatma Gandhi adalah pelopor perjuangan Swadesi/cinta kasih, dengan tanpa kekerasan memboikot industri (Penjajah) inggris dengan memajukan Swadesi.

Berbeda dengan kisah Gandhi, Maharsi Dayananda mempunyai kisah yang menarik untuk dapat memberikan kita inspirasi akan kemuliaan cinta kasih yakni Sang maharsi dengan seorang tukang masak yang sudah lama melayaninya yang bernama Jagannatha. Pada suatu hari Jagannatha disuap oleh seseorang yang benci kepada maharsi Dayananda ia dibujuk agar mau membubuhkan racun pada makanan yang akan dihidangkan kepada maharsi. Karena tergoda oleh uang yang dijanjikan maka jagannatha pun mau melakukannya. Akibatnya maharsi Dayananda keracunan hebat sehingga tidak bisa bangun dan tinggal menunggu ajalnya. Dalam keadaan yang demikian maharsi memanggil Jagannatha: "Ini adalah uang untuk membeli tiket perjalananmu pulang ke Nepal. Cepatlah pergi sebelum pengikutku tahu, apa yang engkau telah perbuat, kalau tidak mereka akan mencabik-cabik tubuhmu menjadi berkeping-keping".

Apa sebab maharsi Dayananda dan Mahatma Gandhi mudah sekali memaafkan orang yang membencinya? karena mereka sangat mencintai Tuhan dalam ajaran agamanya dan cinta kasih telah menjadi darah dagingnya, cinta tanpa syarat atau janji akan masuk ke surge. Betapapun besar kebencian orang dijawab dengan uluran kasih. Karena kebencian tidak akan bisa dilenyapkan dengan kebencian, kebencian akan bisa dilenyapkan dengan cinta kasih. Kita melihat didalam pemberitaan media massa dimana kebencian selalu dibalas dengan kebencian dan perusakan, penyerbuan dan pembakaran rumah-rumah ibadah tanpa alas an yang jelas.

Bagi mereka yang meninggal dan masih membawa dendam akibat kebenciannya sewaktu masih hidup di dunia, mereka akan sengsara, rohnya akan gentayangan menjadi hantu, ingin membalaskan dendamnya kepada orang yang dibencinya. Rohnya tersesat tak bisa masuk sorga karena kemelekatan pada kehidupan didunia, padahal dia tidak mempunyai jasad lagi. Anak-anak sekarang mungkin sulit bisa menerima sikap dari Mahatma Gandhi yang dianggapnya konyol, pasif dan menyerah. Namun Kemarahan merupakan musuh yang harus ditaklukan sama buruknya dengan kebencian. Kemarahan menjadikan orang lupa kepada kebenaran dan akal sehat. Kata-kata yang keras dan tajam penuh caci maki serta tindakan yang kejam selalu muncul dari orang yang marah sekalipun sambil meneriakan nama Tuhan. Akibatnya kebaikan yang telah dirintis bertahun-tahun bisa lenyap dalam satu menit akibat kemarahan. Kemarahan akan bisa menjadikan mata gelap dan pikiran buntu. Sadarlah dan ingatlah bahwa kemarahan itu seperti setumpuk jerami kering yang disulut dengan sebatang korek api akan musnah dalam sekejap. Demikian pula akibat kemarahan akan menghancurkan kebaikan-kebaikan yang terdahulu dalam sekejap. Kemarahan sangat dekat dengan kebodohan.


Apakah semua agama mengajarkan kebenaran?

Semua umat beragama mengaklaim bahwa agamanya selalu yang paling benar, mengajarkan kebaikan dan kehalusan budi pekerti, hal ini dapat diterima karena setiap umat beragama wajib mencintai agamanya dengan penuh percaya diri dan mejadikan ajaran agamanya sebagai pedoman hidup. Namun ketika kebenaran mendua lantaran setiap pemeluknya mengaku diri paling benar dan mengklaim bahwa Tuhan berada dipihaknya maka tentu akan sangat membahayakan.

Ada ungakapan, Cintailah musuhmu dan lepaskanlah mereka yang tertawan dengan mengawini puteri yang tercantik dari antara mereka, kemudian bunuhlah mereka semua selagi mereka lengah. Cintailah nabimu dengan penuh ketaatan tanpa protes akan tindakan-tindakan negatifnya dan menutup akal dan matahatimu. “Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Tuhan) bagi orang-orang (yang dianggap) musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam dan orang-orang yang beriman memiliki kewajiban untuk memerangi orang-orang kafir yang ada di sekitar nya itu, dan hendaklah mereka diperlakukan dengan keras.”

Ini tampak berbeda tatkala bali setelah dua kali diserang Bom tetapi justru umat hindu bali “membalasnya” dengan bunga dan doa untuk memohon kepada Tuhan agar para pelaku diampuni dan disadarkan dari segala kekeliruannya , umat hindu bali justru melantunkan “nyanyian dharma” dan menggemakan “TAT TVAM ASI “ Aku adalah engkau, engkau adalah aku.