Kamis, 29 Januari 2009

CINTA KASIH


Sang Buddha pernah menyatakan:

"Loko Patthambhika Metta". 
Hanya cinta-kasihlah yang bisa menyelamatkan dunia ini.

Cinta kasih seakan menjadi “citarasa” dalam kehidupan. Tanpa cinta kasih maka,ia bukanlah orang yang beragama dengan kata lain jika agama kehilangan cinta kasih maka, akan menimbulkan malapetaka besar. 

Cinta kasih adalah Mutiara berharga yang dimiliki umat manusia sehingga muncul sebuah kehidupan yang lebih beradab. Jika cinta kasih telah ternodai ia taklagi membawa kebahagiaan justru kegelapan pikiranlah yang ditimbulkannya. Dunia material telah mendominasi pikiran manusia sehingga pikiran menjadi penguasa. Jika pikiran menjadi penguasa maka cinta tak lagi hadir sebagai bentuk pelayanan terhadap sesama (sevanam) tetapi justru sifat keakuanlah yang muncul. Cinta akan berubah menjadi rasa (ingin) memiliki. Dengan menghalalkan segala cara manusia akan berusaha memenuhi keinginannya dan apapun tindakannya selalu benar.

Ada ungkapan “Manawa seva madawa seva” melayani sesma juga merupakan pelayanan terhadap TUHAN. Jika kita belum mampu mencintai ciptaanNYA sulit dibayangkan kalau kita mampu mencintai (berbhakti) kepadaNYA. Demikian luasnya cinta kasih hingga ia tak lagi mengenal batas agama, ras, golongan dan suku bangsa. 

Berdoa dan “ngayah” kepada sesama adalah usaha untuk mengasah ketajaman cinta kasih karena, esensi cinta kasih dan bhakti hanya dapat dilakukan lewat pelayanan (memberi)dengan semangat bhakti (yang ) tulus bukan dengan berorientasi akan hasil.

Dalam Bhagawad-gita Filsafat cinta kasih mempunyai tempat yang penting dalam kehidupan umat manusia. Krishna bersabda :
 "Mereka yang mengabdi kepada TUHAN dengan penuh cinta kasih, mereka itulah yang akan mendapat karunia cintai juga dari TUHAN." Namun ini tidak berarti bahwa manusia harus mengabaikan pengetahuan duniawi. Untuk memperoleh pengetahuan duniawi pun kita harus belajar (Jnana) dengan sungguh-sungguh.

Bhagawan sri satya narayana berkata :
“Jika engkau menginginkan kebahagiaan dan kedamaian, engkau harus memberikan kasih. Hanya melalui kasih engkau akan mendapatkan kebahagiaan sejati. Hanya melalui kasih engkau akan memperoleh ketentraman batin. Kasih hidup dengan memberi dan memaafkan. Karena itu, kembangkanlah kasihmu, hiduplah dalam kasih. Kata-kata Sai ini adalah pancaran kasih yang mengalir kepadamu.”


Demi kepuasan manusiawi manusia memberikan nama dan wujud kepada Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia sama sekali tidak berwujud. Namun, Ia mengambil suatu wujud sehingga kita dapat memuja-Nya dan mengagumi-Nya, berbhakti dan mencintai-Nya dan dengan demikian terpenuhilah cita-cita spiritual. Untuk kepuasan diri sendirilah kita memberi nama serta wujud kepada Tuhan dan menggunakan hal ini untuk memuja-Nya. Apa pun juga wujud Tuhan yang dipilih dan diikuti, semua yang memuja-Nya dengan hati yang penuh kasih akan dikenang selamanya.

Ramakrisna Paramahamsa bukan seorang cendekiawan dalam masalah duniawi, ia hampir buta huruf, tetapi pikiran dan perasaannya selalu tenggelam dalam pemujaan pada TUHAN dengan hati yang senantiasa penuh kasih. Ia tidak berminat pada jenis pendidikan lain. Ia mengabdikan seluruh hidupnya untuk memuja Tuhan sebagai Ibu Dewata dan hidup hanya dengan uang lima rupi sebulan; itu sudah cukup untuk memenuhi semua keperluannya. Walau ia tidak berpendidikan tinggi dalam pengetahuan duniawi, tetapi kini ia “hidup” kekal dalam hati kita semua.