Kamis, 09 Juli 2009

MEMPEROLEH YANG TERBAIK DARI KUNJUNGAN KE PURA

oleh Mangku Suro
CANANGSARI Facebook



Setiap kita pergi ke Pura untuk sebuah pemujaan, sudah tentu kita mengharapkan bisa memperoleh anugerah yang besar dari kegiatan tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, seringkali timbul pertanyaan, “Apa yang bisa saya lakukan untuk memperoleh anugerah maksimum dari kunjungan saya ke pura, cara yang tepat untuk melakukannya dan dianugerahi shakti Dewata?” Untuk ini ada sepuluh anjuran praktis yang pernah saya dapatkan, semoga bisa dipakai untuk bahan renungan.

1. Mengikuti pemujaan di Pura sedikitnya dua minggu sekali, pada saat purnama dan tilem, semakin sering semakin bagus, agar mendapat restu dari Tuhan dan para Dewa. Religius secara teratur ini untuk menjaga kemurnian kita, dan juga keteguhan pada komitmen kita.

2. Mengenakan busana yang luwes yang khusus kita gunakan untuk ke Pura. Mengenakan busana ini menempatkan kita dalam suasana hati religius. Anak-anak sebaiknya juga mengenakan busana khusus untuk pergi ke Pura.

3. Buat perjalanan kita ke tempat suci sebagai waktu religius. Jangan fokus pada problem di rumah, pekerjaan atau sekolah. Jangan memikirkan atau membicarakan masalah politik, bisnis atau kepentingan-kepentingan umum lainnya. Sebagai penggantinya, memainkan musik religius atau melantunkan kidung-kidung religius. Bercerita kepada anak-anak tentang kisah-kisah yang dapat meningkatkan moral dan semangat religius mereka, serta memajukan, meringankan atau menggembirakan pikirannya. Jadikan Pura sebagai pusat keluarga besar Hindu kita dan membantu semua yang hadir dalam sebuah kerangka pikiran religius dan penuh perhatian pada upacara suci.

4. Membawa rangkaian bunga, misalnya dirangkai dalam bentuk CANANGSARI, atau setidak-tidaknya sekuntum bunga atau buah segar untuk setiap tempat suci di mana anda akan melakukan pemujaan. Setiap tindakan persembahan membukakan anda untuk mendapatkan anugerah dari Dewata. Setiap tindakan persembahan akan menambah daya penerimaan anda. Jangan pernah mengunjungi Pura dengan tangan hampa.

5. Menghaturkan banyak waktu dan prana untuk persembahan, sebisa mungkin dan secara tepat. Pada kondisi umum, prana adalah energi yang memancar dari tangan kita. Membeli rangkaian bunga (CANANGSARI) pada penjual bunga adalah bagus, tetapi membuatnya dengan tangan kita sendiri adalah jauh lebih bagus. Ketika kita merangkai sebuah karangan bunga dengan penuh rasa bhakti, dengan sendirinya prana kita ikut tersalurkan, kemudian dipersembahkan kepada Dewata, itu pada hakekatnya kita telah bersentuhan dengan Dewata. Ini menciptakan kedekatan dengan Tuhan.

6. Selama pemujaan, teruslah memusatkan perhatian pada murti dan doa-doa pemujaan yang dilantunkan oleh orang yang disucikan. Perhatikanlah; jangan dibiarkan pikiran mengembara tidak keruan, menyimpang dari tujuan pemujaan suci. Sekalipun kita tidak paham arti semua kata demi kata, sebaiknya memiliki pemahaman umum tentang apa yang sedang dilantunkan oleh orang yang disucikan, dan apa arti dari kidung-kidung suci yang sedang dikumandangkan. Jika kita terus berkonsentrasi memperhatikan pada apa yang sedang berlangsung, kemungkinan besar bagi kita untuk mendapat anugerah Dewata, merasakan peningkatan religius dan mengalami suatu kebahagiaan batin. Untuk menjaga pengalaman pemusatan pada Tuhan, hindari percakapan umum di dalam Pura.

7. Setelah pemujaan, jangan buru-buru beranjak. Lebih baik diam di tempat, duduk, meditasi sejenak dan bersenang-senang dalam shakti Dewata, anugerah dipancarkan melalui murti untuk umat pecinta kehidupan rohani. Jika salah satu dari disiplin kita adalah melakukan japa, ini adalah waktu ideal untuk melantunkan mantra-mantra kesenangan kita.

8. Bawalah atmosfir religius dari Pura pulang bersama kita dengan laku hening sejenak di dalam kamar suci atau di merajan kita masing-masing. Perilaku suci ini menuntun shakti Dewata dari Pura ke kamar/tempat suci keluarga yang dapat memperkuat medan daya religius dari rumah yang kita tempati. Ini adalah satu wawasan tentang mistikisme pemujaan di Pura.

9. Untuk pengalaman yang lebih dalam, hadiri pemujaan di tempat suci pada hari-hari di mana shakti Dewata sangat kuat. Misalnya, selama hari-hari raya tahunan, jelas shakti di Pura sangat kuat, seperti pada hari Saraswati, Pagerwesi, Galungan, Kuningan, Siwaratri, Odalan Pura, dan lain-lain. Pada hari-hari tersebut energi spiritual ada pada puncaknya, ditetapkan dengan astrologi kuno, di Indonesia dikenal dengan istilah Wariga. Mintalah kepada pandita atau pinandita/pemangku Pura di daerah anda untuk membuat daftar hari-hari spesial yang ideal untuk melaksanakan pemujaan (bagi yang tidak punya kalender “Hindu”).

10. Lakukan Brata, atau mengangkat sumpah, bahwa selama hari raya akan mengintensifkan pemujaan anda. Brata khusus adalah berpuasa selama sehari, menghadiri upacara pada sore hari dan hanya setelah itu barulah boleh makan. Jika upacara dilaksanakan pagi hari, puasa bisa ditentukan sendiri waktunya, yaitu matahari terbit (jam 6 pagi) sampai matahari terbenam (jam 6 sore) setelah melaksanakan Puja Trisandhya.

Cobalah lakukan semua ini, mudah-mudahan kita mendapat pengalaman spiritual yang semakin mendalam hasil dari kunjungan kita ke Pura.

Yang penting adalah bukan berapa banyak Pura yang kita kunjungi, tetapi bagaimana kualitas pemujaan yang kita laksanakan pada suatu Pura.