Minggu, 06 September 2009

Menelusuri Tari Pendet yang Dipakai Iklan Visit Malaysia Tanpa Izin

Menelusuri Tari Pendet yang Dipakai Iklan Visit Malaysia Tanpa Izin

Video untuk Belajar Nari Anak-Anak, Rekaman di Danau Beratan

Empat penari Bali yang masuk dalam iklan Visit Malaysia Year, sama sekali belum mendapatkan apa-apa dari pihak pengontrak. Belum sempat mendapatkan imbalan sudah muncul masalah besar.

IB INDRA PRASETIA, Denpasar

---------------------------------------------

PERSETERUAN sengit tari Pendet antara Indonesia dan Malaysia mengharuskan Presiden SBY turun tangan. Melalui jubir urusan luar negeri Dino Pati Jalal, presiden mengingatkan semua pihak untuk bisa mengerem diri alias colling down.

Keinginan presiden itu memang bagus. Tapi masyarakat Bali belum sepenuhnya bisa menerima sebelum ada jawaban resmi dari pemerintah negeri Jiran. Salah satunya Bali Record Production (BRP) selaku pembuat video yang akhirnya diklaim Malaysia.

Rumah produksi yang bermarkas di Jalan Durian Denpasar, memang gerah atas masalah ini. Koran ini sempat bertandang ke BRP yang berada di sudut Jalan antara Jalan Durian dengan Jalan Kaliasem. Rumah produksi itu tampak seperti rumah tinggal biasa.

Wijana, salah satu staf Bali Record menerima kedatangan koran ini. Dia pun berkoar soal pembuatan rekaman video tari Pendet yang telah diubah menjadi Compact Disk (CD) itu. Tadinya pria ini enggan berkomentar soal iklan tari Pendet yang tayang dalam iklan Visit Malaysia Year. Tapi akhirnya dia mau menceritakan kisah pembuatan rekaman kepada Radar Bali.

Awalnya video rekaman empat gadis Bali dibuat untuk tujuan pendidikan anak-anak yang akan belajar tari Pendet. Keinginan tersebut muncul dari seorang penggagas bernama Cokorda Ayu Padmini. Kemudian dipilihlah empat gadis mahasiswa Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) yang saat ini berganti nama menjadi Institut Seni Indonesia (ISI).

Empat wanita tersebut adalah Lucia Ni Made Merianti, yang tinggal di Jalan Gatot Subroti, Wiwik, Dayu Candra, dan Tutnik yang saat ini ketiganya tinggal di Gianyar. Lokasi rekaman di Danau Beratan, Bedugul. Dalam rekaman itu, empat wanita Bali ini mengenakan pakaian adat Bali.

Rekaman dimulai tahap demi tahap. ''Pembuatannya sudah lama, yakni sekitar tahun 1996 lalu," ujar Wijana mencoba mengingat pembuatan rekaman tersebut. Dalam rekaman itu, terdapat enam tarian yang ditampilkan di depan kamera. Namun sebagai karyawan Bali Record, Wijana tidak tahu benar tari apa saja yang ditampilkan saat pentas rekaman.

''Saya nggak tahu tari apa saja yang ditampilkan saat itu. Karena saya pada saat itu cuma mengantar penari dan melihat pemandangan di danau," ujar pria berkumi tersebut.

Seingat Wijana, aransemen antara gamelan Pendet dengan tariannya dibuat dalam tenggang waktu sangat jauh. ''Kalau gamelan pendetnya dibuat tahun 1974 lalu. Itu dibuat oleh sanggar tabuh di Denpasar," ujarnya.

Mengenai masalah klaim tari Pendet oleh Malaysia pihak Bali Record sendiri heran. Padahal selama ini Bali Record hanya menjual CD tari pendet yang diproduksi tahun 1996 untuk kepentingan pendidikan saja. "Sebenarnya pembuatan dilakukan untuk kepentingan pelajaran bagi masyarakat terutama siswa dan anak-anak yang mau belajar Pendet," ujar Wijana.

Dengan adanya CD tari Pendet pihak Bali Record menyatakan bisa dibeli untuk tujuan belajar menari. Biasanya CD dibeli oleh sanggar tari. Dari CD tersebut siswa tari akan melihat contoh tari Pendet. Karena media pembelajaran melalui visual lebih dapat diterima dan dan paling tidak jadi referensi titimbang sang guru tari memperagakannya sesering mungkin. ''Kami juga ingin melestarikan budaya Bali," ujar Wijana yang saat diwawancara mengenakan pakian kemeja bergaris-garis hitam.

Setelah melihat iklan tayangan tari Pendet yang telah diklaim Malaysia, pihak Bali Record menampik ikut campur dalam urusan menyukseskan negeri Jiran dalam promosi pariwisatanya. ''Kami sama sekali tidak terlibat. Mereka itu membeli CD kami dipasaran untuk mendesain iklan mereka," imbuhnya seraya menegaskan mereka mestinya memberikan royalty kepada produksi rekaman," ujarnya.

Sementara itu, dari pihak model penari Pendet yang wajahnya terpampang pada iklan Malaysia sangat menyesalkan sikap negara tetangga tersebut. ''Saya kaget dengan adanya iklan tersebut. Kok saya bisa ada disana, padahal saya sebagai penari tidak pernah terikat kontrak dengan Malaysia," ujar salah satu model penari dalam iklan Visit Malaysia Tour, Lucia Ni Made Merianti kepada koran ini belum lama ini.

Kasus yang telah melanda dirinya dengan tiga orang kawannya membuat darahnya mendidih. ''Saya mau coba untuk hubungi teman-teman saya. Kami akan coba telusuri dulu masalah ini sebelum melangkah lebih jauh," ujar Lucia yang juga seorang guru tari pendet pada sanggar-sanggar di Bali ini. Sebagai penari yang wajahnya melanglang buana, Lucia minta kepada pemerintah Malaysia untuk mencabut iklan tersebut dari peredaran. ''Saya minta agar klaim Malaysia dicabut, karena itu milik Bali," tegasnya. (*)