Minggu, 18 Oktober 2009

Dirjen: Tak Ada Hindu Kaharingan



Kamis, 15 Oktober 2009 | 22:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Dirjen Bimas Hindu Prof Dr IBG Yudha Triguna MS menegaskan, di wilayah Indonesia tak dikenal adanya agama Hindu Bali, Hindu Jawa atau Hindu Kaharingan karena yang ada hanya satu, agama Hindu.

Penegasan Dirjen Bimas Hindu dilontarkan di Jakarta, Kamis (15/10), saat menyaksikan ceramah umum Mufti Besar Suriah Syekh Dr Ahmad Badruddin Hassoun di Gedung Depag, Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Ia mengatakan, Hindu yang dianut suku Bali, Bugis, Jawa, dan Kaharingan memang ada di Indonesia, tetapi bukan Hindu Kaharingan atau Hindu lain berdasarkan etnis tertentu.

"Jadi, bukan karena ada etnis setempat lantas dikenal adanya Hindu Jawa dan seterusnya," katanya.

Ia mengakui belakangan ini ada kecenderungan kelompok tertentu memaksakan kehendak sendiri untuk memasukkan agama Hindu sesuai dengan nama etnis tertentu. "Mereka itu ingin memecah umat Hindu berdasarkan etnis di mana Hindu dianut di wilayah daerah tertentu," katanya.

Menurut Tri, tradisi ritual agama Hindu boleh mengikuti tradisi setempat sebab agama Hindu punya prinsip Desa Kala Patra (tempat, waktu dan keadaan). Namun, jika ada etnis tertentu ingin adanya agama Hindu Kaharingan ataupun Hindu lainnya, tentu hal itu menyalahi ketentuan.

"Itu di luar kewenangan Dirjen Bimas Hindu," katanya, sambil menambahkan bahwa hal itu tak ada di nomenklatur.

Ia menjelaskan, adanya otonomi daerah telah dimanfaatkan kelompok tertentu untuk menyebut bahwa agama Hindu lebih dari satu, ada Hindu Bali, Hindu Kaharingan, dan Hindu Jawa yang sesungguhnya telah menyalahi ketentuan.

Karena itu, ia berharap adanya pandangan bahwa Hindu lebih dari satu hendaknya dijauhi. Sebab, hal itu terjadi karena kurangnya sosialisasi dan bersamaan dengan munculnya semangat otonomi daerah.

"Dirjen Bimas Hindu punya kewajiban membina umat Hindu, apa pun etnisnya. Namun, Bimas Hindu tak punya kewajiban membina etnis tertentu jika dia bukan umat Hindu," katanya.