Minggu, 21 Juni 2009

Tragedi Kekristenan di India


Pada 22 Februari 2009 kemarin, film Slumdog Millionaire yang berkisah mengenai pemuda miskin India yang mendadak tajir lantaran memenangkan kuis Who Wants to Be a Millionaire, diganjar delapan Academy Award termasuk untuk kategori Best Picture dan Best Director.

Film tersebut juga menyinggung mengenai diskriminasi agama di India: syahdan, ibu dari pemuda miskin itu adalah seorang muslim yang terbunuh di tengah-tengah huru-hara Hindu-Islam di kawasan kumuh Mumbai, India.

Tak pelak, di India, film ini memancing kontroversi karena dianggap mengeksploitasi pelbagai isu sensitif: kemiskinan, kekerasan dan ketegangan antaragama di permukiman kumuh.

Sejatinya, pertikaian antaragama di India tak melulu menyoal Hindu dan Islam, melainkan juga Hindu dan Kristen. Ya, setiap orang yang beralih agama menjadi Kristen, menderita aniaya akibat perbuatan golongan ekstrimis Hindu, yang bercita-cita menjadikan India sebagai negara Hindu.

Bulan Januari, menurut data Open Doors, peringkat India dalam daftar negara-negara penganiaya umat Kristen, naik dari 30 ke 22—seiring dengan naiknya jumlah pengikut Kristus di negeri tersebut. Umat Hindu pun mengkambinghitamkan para misionaris yang dianggap telah memaksa kaum jelata di India beralih kepercayaan.

Bulan lalu, Hrudayananda Nayak, 42 tahun, ditemukan tewas dengan sejumlah luka di bagian kepalanya, saat ia mengambil jalan pintas melalui hutan dalam perjalanan pulang ke rumah. Ibunya, Prasanna Kumari Nayak, telah mengajukan keluhan tertulis ke aparat setempat, bahwa ekstrimis Hindu terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Sedangkan, Sujan Nayak, keponakannya, mengaku bahwa sebelum pamannya meninggalkan rumah, ia telah mendapat ancaman berkaitan dengan statusnya sebagai pengikut Kristus. “Para pengancam itu berkata bahwa mereka tidak akan membakar rumah, tetapi membunuh semua orang Kristen satu per satu,” kenang Sujan Nayak.

Serangan terhadap umat Kristen di India meningkat sejak pertengahan Agustus 2008, disebabkan oleh tewasnya seorang pemimpin agama Hindu. Tanpa tedeng aling-aling, sejumlah pemeluk Hindu menuding orang Kristen sebagai pelakunya, dan kemudian menghancurkan ratusan rumah dan gereja sebagai balasannya.

Sejak tragedi di Agustus tahun lalu itu, lebih dari 60 umat Kristen tewas terbunuh, 252 bangunan gereja dan 1500 rumah rata dengan tanah, dan diperkirakan sekitar 50 ribu orang Kristen lainnya telah meninggalkan kediaman mereka. Sedangkan, 1500 orang Kristen lainnya kini hidup dalam kecemasan di tempat pengungsian.

“Saya telah bertemu dengan beberapa orang Kristen India yang menjadi korban kekerasan agama. Kisah-kisah mereka sangat mengoyak hati, tapi saya sangat mengagumi keteguhan hati mereka untuk tetap mengikut Kristus, apa pun yang terjadi,” urai Vijayeh Lal, dari Religious Liberty Commission of the Evangelical Fellowship of India.

http://www.glministry.com