Sabtu, 14 November 2009

Manusia adalah Makhluk Religius

Dengan memperhatikan keberadaan manusia di dunia, nyata ia tidak dapat melengkapi dirinya sendiri dengan kesendiriannya. Ia adalah makhluk yang lemah, dan karena lemahnya itu ia tidak sempurna. Manusia menyadari akan kenyataan ini, dan atas kesadarannya itu pula lalu timbul kehendak untuk menyempurnakan dirinya dengan bantuan orang lain dan benda-benda penunjang hidup. Dengan bantuan ini ia merasa mempunyai kemampuan menghadapi hidup ini yang mengantarkannya untuk mendapatkan rasa aman dan tenang. Nyatalah rasa aman dan tenang itu adalah kebutuhan setiap orang, karena semua orang mendambakan hal itu.

Seorang anak kecil yang sedang merasa terancam merasa aman dan tenang setelah ada dalam pelukan ibunya. Seseorang yang sedang membawa uang dalam jumlah yang besar merasa aman dan tenang setelah mendapat pengawalan polisi. Untuk mendapatkan rasa aman dan tenang, orang memerlukan tempat berlindung pada orang yang dianggapnya lebih kuasa dari dirinya sendiri.

Bila seseorang sedang merasa terancam keamanan dan ketenangannya, dan tidak ada seorang atau sesuatupun yang dianggapnya bisa dijadikan tempat untuk berlindung dan menolongnya, ke manakah ia harus berlari untuk memohon dan mendapatkan perlindungan dan pertolongan? Pada saat demikian, tiada lagi tempat untuk bergantung, tiada lagi tempat untuk berlindung, kecuali pada Yang Maha Kuasa, Tuhan. Di hadapan Tuhan ia menyerahkan diri seutuhnya, berserah diri secara total, tiada bagian yang tertinggal, dan ia merasakan berpasrah diri seperti itu dapat mendatangkan kedamaian hatinya.

Pada saat orang merasa sudah tidak berdaya, tetapi masih diberikan secercah pikiran yang terang untuk mengingat bahwa ada sesuatu yang mutlak yang berkuasa atas dirinya, maka ia akan segera berserah diri seutuhnya kepada sesuatu yang mutlak tersebut. Berserah diri seutuhnya berarti penyerahan diri setulus-tulusnya yang mengantar orang untuk berbhakti kepada sesuatu yang mutlak itu, Tuhan, yang menerima penyerahan dirinya. Demikianlah rasa bhakti ini kemudian diwujudkan dalam pelaksanaan ajaran-ajaran agama. Orang ingin menyatakan bhaktinya dengan mengadakan hubungan batin dengan Yang Maha Kuasa, tempat tumpuan bhaktinya itu. Ungkapan bhakti dunyatakan dalam doa-doa mantra, kidung-kidung dan persembahan suci dalam pemujaan-pemujaan atau kebhaktian-kebhaktian keagamaan. Adapun kebhaktian-kebhaktian agama itu sudah ada sejak jaman dahulu, walaupun bentuknya tidak seperti sekarang. Mungkin mereka hanya menyembah roh-roh ataupun yan lainnya, namun semuanya menunjukkan keyakinan pada sesuatu kekuasaan di atas segalanya. Para ahli sejarah menyatakan bahwa manusia sejak jaman dahulu sudah selalu ingin menghubungkan dirinya dengan Tuhan, dengan berbagai cara. Hal ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk religius, makhluk yang ingin mendekatkan diri pada Tuhan. Tuhan adalah segalanya. Pada Tuhan kita mendapatkan kedamaian yang langgeng, yang tidak bisa kita dapatkan selain dari pada-Nya.

(sraddha.Fb)